Minggu, 28 Juni 2015

Contoh KTI (Karya Tulis Ilmiah) Bidang Pariwisata Gambaran Umum

BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1. LOKASI DAN AKSES KE PANTAI KUTE
Pantai Kuta berada di daerah Lombok Tengah bagian selatan, tepatnya di Desa Kute Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Tempat ini dapat ditempuh sekitar 30 menit perjalanan menggunakan kendaraan pribadi atau umum dari Bandara Internasional Lombok (BIL) dengan rute BIL-Pujut-Kute atau sekitar 90 menit dari Kota Mataram dengan rute Mataram-Labuapi-Gerung-BIL-Pujut-Kute.
Akomodasi menuju pantai kute sangatlah terbatas, hanya ada beberapa transportasi umum yang bisa digunakan seperti carry atau ojek yang digunakan masyarakat setempat. Yang paling mudah adalah dengan memakai taxi yang sudah banyak ditemukan dimanapun maupun dihubungi melalui telepon. Masyarakat Lombok sendiri biasanya menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju tempat ini jika ingin berlibur. Wisatawan juga bisa menyewa kendaraan motor, mobil, ataupun bus yang banyak tersedia di daerah Mataram.


3.2. POTENSI PANTAI KUTE
Pantai Kuta merupakan sebuah deretan pantai-pantai yang mempunyai nama-nama tersendiri dan berada di dekat desa Kute, oleh karena itu deretan pantai-pantai ini disatukan dengan nama pantai Kute.
Obyek yang memiliki keindahan yang luar biasa, dari pantai yang berpasir putih halus sampai seperti merica terdapat disini. Pemandangan yang elok, dihiasi birunya air laut dengan granadi hijau dikarenakan habitat bawah lautnya yang masih sangat terjaga kelestariannya.
Ombak di pantai ini relatif kecil dan tenang sehingga cocok bagi para penyelam untuk melihat keindahan bawah laut yang indah dimana bukit-bukit kecil yang mengelilingi daerah sekitar pantai sehingga terlihat seperti sebuah teluk kecil membuat tempat ini lebih indah dan cocok menyandang julukan surga yang tersembunyi.
Ada begitu banyak keindahan yang bisa ditemukan disini, selain itu wilayahnya terbilang cukup jauh dari keramaian kota dan masih sangat alami. Terdapat beberapa fasilitas penginapan yang ada disini meskipun tidak sebanyak yang ada di daerah Senggigi namun cukup untuk memanjakan wisatawan yang ingin berlibur. 
Terdapat juga bagian pantai dengan ombak yang lebih besar dan cocok untuk penikmat olahraga surfing, sehingga menambah julukan tempat ini sebagai surganya bagi pecinta surfing baik itu para surfer lokak maupun non lokal.
Selain keindahan obyek ini, terdapat Cerita Rakyat Lombok Tengah Pada zaman dahulu yaitu kisah Putri Mandalika. Dahulu kala terdapat sebuah kerajaan yang bernama Tonjang Beru. Negeri Tonjang Beru ini diperintah oleh raja yang terkenal akan kearifan dan kebijaksanaannya raja itu bernama Raja Tonjang Beru dengan permaisurinya Dewi Seranting.
Baginda mempunyai seorang putri, namanya Putri Mandalika. Ketika sang putri menginjak usia dewasa, amat elok parasnya. Ia sangat anggun dan cantik jelita. Disamping anggun dan cantik ia terkenal ramah dan sopan. Tutur bahasanya lembut. Itulah yang membuat sang putri menjadi kebanggaan para rakyatnya.
Semua rakyat sangat bangga mempunyai raja yang arif dan bijaksana yang ingin membantu rakyatnya yang kesusahan. Berkat segala bantuan dari raja rakyat negeri Tonjang Beru menjadi hidup makmur, aman dan sentosa. Kecantikan dan keanggunan Putri Mandalika sangat tersohor dari ujung timur sampai ujung barat pulau Lombok. Kecantikan dan keanggunan sang putri terdengar oleh para pangeran-pangeran yang membagi habis bumi Sasak (Lombok). Masing-masing dari kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan kerajaan Beru. Para pangerannya pada jatuh cinta.
Mereka saling mengadu peruntungan, siapa bisa mempersunting Putri Mandalika. Apa daya dengan sepenuh perasaan halusnya, Putri Mandalika menampik. Para pangeran jadi gigit jari. Dua pangeran amat murka menerima kenyataan itu. Mereka adalah Pangeran Datu Teruna dan Pangeran Maliawang.
Masing-masing dari kerajaan Johor dan kerajaan Lipur. Datu Teruna mengutus Arya Bawal dan Arya Tebuik untuk melamar, dengan ancaman hancurnya kerajaan Tonjang Beru bila lamaran itu ditolaknya. Pangeran Maliawang mengirim Arya Bumbang dan Arya Tuna dengan hajat dan ancaman yang serupa.
Putri Mandalika tidak bergeming. Serta merta Datu Teruna melepaskan senggeger (pellet) Utusaning Allah, sedang Maliawang meniup Senggeger Jaring Sutra. Keampuhan kedua senggeger ini tak kepalang tanggung dimata Putri Mandalika, wajah kedua pangeran itu muncul berbarengan. Tak bisa makan, tak bisa tidur, sang putri akhirnya kurus kering. Seisi negeri Tonjang Beru disaput duka. Selain rasa cintanya mesti bicara, ia juga merasa memikul tanggung jawab yang tidak kecil. Akan timbul bencana manakala sang putri menjatuhkan pilihannya pada salah seorang pangeran.
Dalam semadi, sang putri mendapat wangsit agar mengundang semua pangeran dalam pertemuan pada tanggal 20 bulan 10 (bulan Sasak) menjelang pagi-pagi buta sebelum adzan subuh berkumandang. Mereka harus disertai oleh seluruh rakyat masing-masing. Semua para undangan diminta datang dan berkumpul di pantai Kuta.
Tanpa diduga-duga enam orang para pangeran datang, dan rakyat banyak yang datang, ribuan jumlahnya. Pantai yang didatangi ini bagaikan dikerumuni semut. Betul seperti janjinya. Sang putri muncul sebelum adzan berkumandang. Persis ketika langit memerah di ufuk timur, sang putri yang cantik dan anggun ini hadir dengan diusung menggunakan usungan yang berlapiskan emas. Prajurit kerajaan berjalan di kiri, di kanan, dan di belakang sang putri. Sungguh pengawalan yang ketat. Semua undangan yang menunggu berhari-hari hanya bisa melongo kecantikan dan keanggunan sang putri. Sang putri datang dengan gaun yang sangat indah. Bahannya dari kain sutera yang sangat halus.
Tidak lama kemudian, sang putri melangkah, lalu berhenti di onggokan batu, membelakangi laut lepas. Disitu Putri Mandalika berdiri kemudian ia menoleh kepada seluruh undangannya. Sang putri berbicara singkat, mengumumkan keputusannya dengan suara lantang dengan berseru : “Wahai ayahanda dan ibunda serta semua pangeran dan rakyat negeri Tonjang Beru yang aku cintai. Hari ini aku telah menetapkan bahwa diriku untuk kamu semua. Aku tidak dapat memilih satu diantara pangeran. Karena ini takdir yang menghendaki agar aku menjadi Nyale yang dapat kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya Nyale di permukaan laut.”
Bersamaan dan berakhirnya kata-kata tersebut para pangeran pada bingung rakyat pun ikut bingung dan bertanya-tanya memikirkan kata-kata itu. Tanpa diduga-duga sang putri mencampakkan sesuatu di atas batu dan menceburkan diri ke dalam laut yang langsung ditelan gelombang disertai dengan angin kencang, kilat dan petir yang menggelegar.
Tidak ada tanda-tanda sang putri ada di tempat itu. Pada saat mereka pada kebingungan munculah binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak yang kini disebut sebagai Nyale. Binatang itu berbentuk cacing laut. Dugaan mereka binatang itulah jelmaan dari sang putri. Lalu beramai-ramai mereka berlomba mengambil binatang itu sebanyak-banyaknya untuk dinikmati sebagai rasa cinta kasih dan pula sebagai santapan atau keperluan lainnya.
Dan masyarakat Lombok percaya bahwa putri menjelma menjadi cacing laut yang bias dimakan sebagai bentuk cinta terhadap masyarakatnya. Dan akhirnya setiap tahunnya terdapat diadakan perayaan yang dilakukan oleh masyarakat Lombok di tempat ini yakni “Ritual Bau Nyale”.
Itulah kisah Bau Nyale. Penangkapan Nyale menjadi tradisi turun-temurun di pulau Lombok. Pada saat acara Bau Nyale yang dilangsungkan pada masa sekarang ini, mereka sejak sore hari mereka yang akan menangkap Nyale berkumpul di pantai mengisi acara dengan peresean, membuat kemah dan mengisi acara malam dengan berbagai kesenian tradisional seperti Betandak (berbalas pantun), Bejambik (pemberian cendera mata kepada kekasih), serta Belancaran (pesiar dengan perahu). Dan tak ketinggalan pula, digelar drama kolosal Putri Mandalika di pantai Seger, 3 km ke arah timur dari pantai Kute.
Tradisi menangkap Nyale (bahasa sasak Bau Nyale) dipercaya timbul akibat pengaruh keadaan alam dan pola kehidupan masyarakat tani yang mempunyai kepercayaan yang mendasar akan kebesaran Tuhan, menciptakan alam dengan segala isinya termasuk binatang sejenis Anelida yang disebut Nyale. Kemunculannya di pantai Lombok Selatan yang ditandai dengan keajaiban alam sebagai rahmat Tuhan atas makhluk ini.
Beberapa waktu sebelum Nyale keluar hujan turun deras dimalam hari diselingi kilat dan petir yang menggelegar disertai dengan tiupan angin yang sangat kencang. Diperkirakan pada hari keempat setelah purnama, malam menjelang Nyale hendak keluar, hujan menjadi reda, berganti dengan hujan rintik-rintik, suasana menjadi demikian tenang, pada dini hari Nyale mulai menampakkan diri bergulung-gulung bersama ombak yang gemuruh memecah pantai, dan secepat itu pula Nyale berangsur-angsur lenyap dari permukaan laut bersamaan dengan fajar menyingsing di ufuk timur.
Dalam kegiatan ini terlihat yang paling menonjol adalah fungsi solidaritas dan kebersamaan dalam kelompok masyarakat yang dapat terus dipertahankan karena ikut mendukung kelangsungan budaya tradisional.


3.3 OBYEK WISATA DI SEKITAR PANTAI KUTA
Ada banyak obyek wisata yang terdapat di sekitar wilayah pantai Kuta dan memiliki potensi sebagai tempat wisata unggulan seperti desa Banyumulek yang merupakan desa penghasil gerabah dan dapat ditempuh sekitar 15 menit dari kota Mataram menuju ke arah selatan. Kemudian desa Sukerare penghasil songket asli Lombok yang dapat ditempuh sekitar 30 menit dari kota Mataram. Desa Sade Rambitan merupakan desa tradisional yang masih bertahan sampai saat ini yang dapat ditempuh sekitar 15 menit dari BIL. Pantai Tanjung ‘an, yang hanya berjarak sekitar 10 menit, pantai Batu Payung sekitar 15 menit, dan pantai Gerupuk sekitar 25 menit di sebelah timur pantai Kuta. Sementara di sebelah barat terdapat pantai Mawun, Mawi, yang berjarak 25 menit atau pantai Selong Belanak sekitar 30 menitdari pantai Kuta.

promo paket backpacker (anda adalah keluarga dan orang pertama yang akan saya jamu dengan istimewa tidak sekedar 7 hari jika masih sanggup bertualang)
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar