Dalam sebuah tulisan yang berjudul KENANGAN MENGESANKAN MENUJU SEMBALUN, "Sungguah eksotik desain dari arsitektur Sembalun sebagai salah
satu mahakarya Tuhan di atas bumi ini. Menawan, Sembalun adalah satu
pemukiman yang berada tepat di lembah pegunungan Rinjani. Di segala
sisi; barat, timur, selatan dan utara, sembalun dikelilingi
pegunungan-pegunungan kecil, bagai kerang yang kokoh melindungi
mutiaranya. Bagiku, ini lebih indah dari tempat yang diceritakan oleh
Andera Hirata didalam novelnya yang bertajuk Edensor, yang diceritakan
sebagai tempat yang sungguh indah dan eksotik. Karena Sembalun tak kalah
indah dengan Edensor, ia bagai mutiara yang ada di dalam kerangnya,
sangat terisolasi. Butuh sekian pengeorbanan jika ingin melihat
sawah-sawah sembalun yang berwarna-warni karena berbagai macam buah,
syuran dan rempah-rempah ditanam disana". kutipan ini dari salah satu teman touringku yang bernama HASAN.
Ini dia tempat favoritku di Lombok, gak bosen-bosenya setiap tahun selalu kesini dengan temen-temen cuman buat penyegaran. Bahkan tiap liburan semester kami selalu menyempatkannya. kok penyegaran sih?
Setelah beraktivitas dan bergelut sekian lama dengan berbagai kegiatan yang melelahkan di dunia perkuliahan, belum lagi cuaca yang sangat terik selalu mewarnai hari-hari kami di kota Mataram. Tentu saja suasana yang damai dan menyejukkan mata sekaligus badan sangat kami perlukan.
Sembalun merupakan salah satu...(apa yah, mau bilang deretan pegunungan yang elok dengan pemandagan alam super indah, salah satu jalan pendakian ke Rinjani, atau tempat perkemahan juga boleh deh). berjarak sekiktar 2,5-3 jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor dengan jarak tempuh rata-rata 80 km/jam dari kota Mataram dengan rute Narmada-Kopang-Masbagik-Aikmel-Suela–Lemor–Pesugulan–Pusuk Sembalun.
Dalam kutipannya juga mengatakan "Waktu yang kami butuhkan dari pusat Kota Mataram hingga sampai di
Sembalun kira-kira selama 3 jam. Belum lagi waktu yang lumayan lama itu
harus kami kalkulasikan, sepertiganya kami tempuh di jalan berhotmik
tulen, sepertiganya lagi harus kami lewati dijalanan semihotmik yang
menanjak ke arah badan pegunungan Rinjani dan sepertiga yang terakhir
harus kami habiskan dijalanan berhotmik fiksi, dengan kondisi luka
parah, berlubang sana-sini, licin dan terjal. Seperti sebuah kehidupan,
jika seseorang telah berhasil melewati cobaan dalam hidupnya, maka
bersiaplah untuk menyambut indahnya hasil perjuangan itu. Dan seperti
itulah ibarat Sembalun. Jika kami telah berhasil melewati jalanan
dibawah lembah rinjani yang begitu berbahaya dan penuh dengan resiko,
maka bersiaplah selanjutnya panorama indah nan mengagumkan akan
tersugukan di depan mata. Sembalun memiliki suhun dibawah 10 derajat celsius, sangat dingin. Dengan kebun-kebun strowbery-nya yang
melambai-lambai pada semua orang yang datang, dengan kabut-kabutnya
yang terkadang turun ingin bermain bersama, menempel-nempel sejuk dipipi
kami, hingga membuat semua kaca menjadi buram".
Ini dia salah satu desa yang berada di sembalun, tak henti-hentinya temanku ini meluapkan inspirasinya, sebait kata yang bisa mengekspresikan atau menggambarkan tetang desa ini dari ketinggian, masih di dalam tulisannya yang sama "Waw.. amazing pemandangan Sembalun dari atas sana.
Terlihat seperti sebuah pemukiman yang cukup luas dan dikelilingi
perbukitan-perbukitan curam nan indah. Baru kali ini aku melihat
eksotika Sembalun dari sisi yang berbeda. Awan-awan berterbangan pelan
dilangit-langitnya. Bukit-bukit yang mengelilingi Sembalun tadi menjalar
ke arah induk pegunungan Rinjani. Semakin dekat ke arah induk, semakin
tinggi ketinggiannya. Sungguh arsitektur tingkat maha yang diciptakan
Tuhan, tak mungkin manusia bisa meniru semua ini. Kamipun kemudian
ternganga oleh sembalun yang ada didepan mata".
Hasan (tengah) Linda (paling kiri) Yanti I (jilbab ungu cerah) Yanti II (jilbab ungu buram) dan Yeyen (paling depan)
Ini pas lagi foto di area persawahan masyarakat disana, sembari menunggu teman-teman yang lain pergi memetik strowberi untuk kami.
Tempat ini memiliki banyak
kenangan yang tak terlupakan masa dan berbagai hal kami telah lalui disini, ialah
sahabat-sahabatku yang membuat itu semua menjadi lebih indah dibalik keindahan
Sang Pencipta. Persahabatan yang begitu lama terjalin membuat waktu dan kondisi tak kuasa menghalangi kami meskipun sekarang telah jauh. Dengan segudang harapan yang selalu menemani detik-detik waktu, kami mengunggu kedatangan suatu masa yang telah ditentukan untuk berkumpul kembali.
Hasan, ialah salah penggerak yang selalu memberikan tulisannya untuk kami. Dengan kreatifitas yang ia miliki dan kata-kata nan inidah yang ia rasakan, membuat kami selalu terkagum-kagum, dan berikut bunyi kutipan di dalam foto itu yang sengaja ia tulis untuk kami yang selalu menunggu kedatangannya adalah : “Kami sesungguhnya adalah kumpulan air dan api. Kami berjanji
dibawah dinginnya suhu pegunungan dan kencangnya angin pantai di siang
hari. Janji kami tertulis pada tujuh tingkatan langit, disaksikan
mahluk-mahluk halus penunggu rinjani. Kami adalah persahabatan terindah
yang pernah diciptakan Tuhan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar