Selasa, 09 September 2014

Dear Dinda III

01-04-2014

Apa aku enggan mengingat atau terlalu bisu?
Tanah cinta perlahan berubah
Setiap pijak kaki melangkah terhenti pada sebuah nama
Taman, desa, kota, gunung, lembah, pantai
Setiap inci adalah kamu
Pagi, terik, senja, malam
Tiap waktu adalah kamu
Langit itu tak pernah menghilang, angin itu tak pernah diam
Ku coba hembuskan
Tiap nafas adalah kamu
Kemana lagi aku harus berlari?
Bahkan disini, rumah ini terlalu kecil untuk bersembunyi
Sementara tanah cinta hanya setapak kaki kita
Aku terlalu merindu, merasa dunia tak pernah tertawa lagi
Disana kaki-kaki kita melangkah berlari, mendaki, duduk, kemudian berbaring
Entah apa yang terjadi
Aku tak pernah melihatnya lagi menari dibawah mentari, rembulan, bintang, ataupun pelangi
Sudahlah, aku akan diam saja dibawah hujan yang selalu indah
Meskipun semakin suram

02-04-2014
Dear Dinda,
Apa kau ingat ketika kita duduk di tepian taman?
Perlahan gerimis mulai turun
Lantas kau genggam tanganku sambil berkata
“ayo berteduh disana”
Aku hanya diam tak bergeming kemudian tersenyum
Hujan pun mulai membesar
Akhirnya kita tertawa dibawah jaket lusuh yang menjadi pelindung
Namun sebentar saja sudah tak berguna
Setelah itu kau dan aku berdiri dan menari bersama.
Apa kau masih akan tertawa seperti itu padaku?
Meskipun waktu telah melupakan kita
22-05-2014
Teruntuk hati,
Jika birunya langit terlalu kosong untukmu,
Maka biarkan awan-awan putih mengisinya.
Jika cinta tak tercipta diantara pertemuan, maka biarkan pergi.
Aku tau langit itu selalu indah, tapi aku ingin memberikan warna agar terlihat semakin indah.
Cinta,
Aku tau kau bosan, maka biarkan dirimu terbang
Tapi kau tak kuasa atas itu
Aku hanya ingin kau merasakan hembusan angin saat kau pejamkan matamu
Dan kemudian menarilah bersama kesendirianmu,
Lalu temuilah ombak-ombak yang pernah kita sapa, tanpa aku
Aku tau rindu tak sempat menghampirimu, kemudian kembalilah padaku saat rindu-rindu itu memenuhi tiap ruang hampa di hatimu
Atau
Kau boleh pergi sesuka hati dan jangan pernah kembali
Tak mengapa, karna aku mengerti. Cintamu terlalu suci, tak sepantasnya indahmu tuk ku miliki
Tak mengapa juga aku sendiri, aku tak akan mati
Karna di dasarkan hati harapan-harapan itu masih hidup bersama mimpi

Mimpi yang aku bangun di atas kasih dan selalu aku doakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar